Skip to main content

Pesantren Tremas Pacitan Dan Biografi KH. Abdul Mannan

PESANTREN TREMAS PACITAN
 (berdirt tahun 1830) 
KH. Abdul Mannan (w, 1862)





 Nama Tremas barangkali Udak banyak dikenal oleh orang Indonesia, tapi hara Itu lebih dikenal di dunia internastonal. Di desa Itu terdapat pesan. tren yang dikenal sebagal Pesantren Tremas yang didirikan oleh Mas Bagus Sudarso atau KH. Abdul Mannan, Di antara keturunannya adalah Muham. mad Mahfuzh yang lebih dikenal sebagai Syaikh Mahfuzh al-Turmusi (w, 1920) dengan karya-karyanya yang diterbitkan dl Timur Tengah. Bahkan, tokoh yang disebut terakhir ini juga menjadi pengajar di Masjidil Haram. Asal Numa Tremas Sejarah lahirnya nama Tremas biasanya dikaitkan dengan nama Ketok Jenggot. Dia dipercaya sebagai orang yang pertama kall membuka hutan sehingga menjadi kampung Tremas. Konon, saat menebang pohon-pohon di hutan ini, Ketok Jenggot menemukan patrem yang terbuat dari emas, Patrem adalah senjata orang Jawa yang bentuknya mirip dengan keris. Nah, dari kata “patrem” dan “cemas” lahir kata “tremas”. Desa Tremas masuk wilayah Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan, Karesidenan Madiun, Jawa Timur, Latar Belakang Keluarga Seperti disebutkan di atas, orang yang pertama kali membuka hutan sehingga menjadi kampung Tremas adalah Ketok jenggot. Tokoh yang disebut terakhir ini adalah punggawa Keraton Surakarta Hadiningrat. Ketok Jenggot mempunyai keturunan bernama Demang Dipomenggolo |. 


Demang Dipomenggoto | adalah seorang bangsawan yang taat bcragama. jika Clifford Geertz membuat tipologi santri, abangan dan priyayi untuk masyarakat Jawa, maka Demang Dipomenggolo | dapat disebut sebagai priyayi sekaligus santri. Kesantrian tokoh Ini dibuktikan dari tekadnya untuk mendirikan pesantren di Desa Semanten Pacitan, Demang Dipomengpolo I punya anak yang diberi nama Mas Bagus Sudarso. 


Karena diharapkan dapat meneruskan perjuangan ayahnya, Mas Bagus Sudarso dikirim untuk belajar ke pesantren. Ketika itu pesantren yang menjadi tempatnya belajar adalah Pesantren Tegalsari Ponorogo, sebuah pesantren yang sangat terkenal saat itu. Pengasuh Pesantren Tegalsari yang paling terkenal dan kharismatik adalah Kiai Kasan Besari, dan murid esantren ini yang paling terkenal adalah Raden Ngabehi Ronggowarsito (w. 1875) yang bernama asli Bagus Burhan, seorang budayawan Jawa. sebagai tambahan, pengasuh Pesantren Gontor juga masih merupakan keturunan pengasuh Pesantren Tegalsari. Setelah selesai belajar di Pesantren Tegalsari, Mas Bagus Sudarso membantu ayahnya mengasuh pesantren. Kemudian namanya diubah menjadi Abdul Mannan sehingga orang menyebutnya Kiai Abdul Mannan. 


Mendirikan Pesantren Tremas 






Saat itu sebagai Kepala Desa Tremas adalah Demang Ngabehi Honggowwijoyo. Kebetulan, Demang Ngabehi Honggowijoyo dan Demang Dipomenggolo I, ayah Kiai Abdul Mannan, masih mempunyai hubungan kekeluargaan karena sama-sama masih keturunan Ketok Jenggot. Ketika itu Kiai Abdul Mannan terkenal sebagai orang yang alim karena membantu ayahnya mengasuh pesantren dan merupakan alumnus Pesantren Tegalsari. Hal ini rupanya menarik perhatian Demang Ngabehi Honggowijoyo untuk menjadikan Kiai Abdul Mannan sebagai menantunya. 


Lalu, Demang Ngabehi Honggowijoyo segera menemui Kiai Abdul Mannan dan mengutarakan keinginannya. Kiai Abdul Mannan menyetujui tawaran Demang Ngabehi Honggowijoyo untuk dijadikan sebagai menantunya. Akhirnya Kiai Abdul Mannan menikah dengan putri Demang Ngabehi Honggowijoyo. Kemudian, Demang Ngabehi Honggowijoyo ini menawari menantunya ini agar tinggal di Desa Tremas dan dijanjikan akan dibuatkan pesantren. Kiai Abdul Mannan juga menyetujui tawaran mertuanya ini. Lalu pada tahun 1830 Kiai Abdul Mannan mendirikan pesantren yang kemudian dikenal sebagai Pesantren Tremas. 




Awalnya para santri Kiai Abdul Mannan adalah mereka yang dulunya belajar di Semanten. Seperti awal berdirinya pesantren pada umumnya, Pesantren Tremas dulunya hanyalah sebuah masjid yang sederhana. Baru kemudian setelah ada santri yang berdatangan, khususnya para santri dari Semanten, Kiai Abdul Mannan mendirikan bangunan sebagai bilik-bilik Santri. Ketika itu bangunannya menggunakan bambu sebagai dinding dan daun ilalang sebagai atapnya. 




Dana pembangunan pesantren diperoleh Kiai Abdul Mannan dari mertuanya yang kaya, Demang Ngabehi Honggowijoyo. Materi yang diajar, kan saat itu adalah dasar-dasar ajaran Islam, seperti fashalatan, tauhig tajwid, dan lain-lain. Pendiri Pesantren Tremas ini dipanggil Sang Pencipta pada 1282 H/1862 M. Beliau wafat pada Jumat minggu pertama bulan Syawal. Makamnya dapat ditemukan di Desa Semanten. Selanjutnya pesantren ini diasuh oleh KII. Abdullah, KH. Dimyathi, KH. Hamid Diryathi, KH. Habib Dimyathi, kemudian KH. Fuad Habib, KH. Lugman Hakim dan KH, Mahrus Hasyim. 


Masa KH. Abdullah (1862-1896) 


Selanjutnya Pesantren Tremas diasuh oleh putra Kiai Abdul Mannan yang bernama KH. Abdullah. Kiai Abdullah masih mempunyai enam saudara karena Kiai Abdul Mannan mempunyai tujuh orang anak. Kiai Abdullah tidak lain adalah ayah Syaikh Mahfuzh al-Turmusi, salah seorang pengajar di Masjidil Haram yang produktif menulis. 


Kiai Abdullah belajar langsung kepada ayahnya, Kiai Abdul Mannan. Ketika telah dewasa, Kiai Abdullah diajak ayahnya berangkat haji. Lalu Kiai Abdullah bermukim di Mekkah untuk memperdalam pengetahuan agamanya. Beliau berguru kepada sejumlah ulama besar di sana. Setelah cukup ilmu yang diperoleh, Kiai Abdullah pulang ke Tremas. Beliau membantu ayahnya, Kiai Abdul Mannan, mengajar. Maka, setelah sang ayah wafat, Kiai Abdullah telah siap menggantikannya mengasuh Pesantren Tremas. 




Ketika diasuh Kiai Abdullah, Pesantren Tremas semakin berkembang pesat. Semakin banyak santri yang berdatangan dari luar kota, seperti Kediri, Salatiga, Purwokerto, dan lain-lain. Yang perlu diketahui, saat itu belum ada jalan atau jalur yang menghubungkan Pacitan dengan Ponorogo maupun Pacitan dengan Surakarta (Solo). Maka, para santri yang belajar ke Pesantren Tremas yang berada di wilayah Pacitan ini harus rela menaiki gunung-gunung dan menerobos hutan-hutan yang masih lebat. Jadi, untuk belajar ke Pesantren Tremas diperlukan niat yang sungguh-sungguh karena banyak gangguan dalam perjalanan menuju pesantren ini. 


Jumlah santri yang terus bertambah dengan bilik atau asrama yang —erbatas memaksa Kiai Abdullah untuk menambah bangunan pesantren. —Akhirnya didirikan bangunan baru yang di kemudian hari disebut Pondok wetan. Para santri lama yang telah mengkhatamkan kitab yang mereka pelajari diperintahkan untuk mengajar para santri baru, Kiai Ahdullah . mengajar santri lama dengan materi dari kitab yang lebih tinggi. Dengan cara seperti itu, Kiai Abdullah menciptakan para kader yang siap mengajar di kemudian hari.




Pengalaman belajar di tanah suci tersebut membuat Kiai Abdullah mendorong seluruh anaknya untuk belajar ke sana. Putra pertama yang dikirim ke tanah suci pada musim haji adalah Muhammad Mahfuzh yang kelak dikenal sebagai Syaikh Mahfuzh al-Turmusi. Saat menunaikan ibadah , haji yang ketiga kalinya, Kiai Abdullah mengajak seluruh putranya yang lain, yaitu Dimyathi, Dahlan dan Abdur Rozag. Kiai Abdullah berniat , meninggalkan putra-putranya di tanah suci. Selama berangkat ke Mekkah, Pesantren Tremas dipimpin oleh menantu Kiai Abdullah, Kiai Muhammad Zaed. Kiai Zaed menikahi putri Kiai Abdullah yang bernama Nyai Tirib atau Nyai Khodijah.


Manusia hanya bisa merencanakan, namun hasil akhir tetap Allah yang | menentukan. Kiai Abdullah berniat meninggalkan anak-anaknya di tanah suci untuk kembali ke Tremas mengajar para santrinya. Namun ternyata Kiai Abdullah wafat di sana pada 1314 H/1896 M. Maka, untuk sementara menunggu kedatangan Kiai Dimyathi (putra Kiai Abdullah) yang rencana- nya menjadi pengasuh pesantren ini, posisi pengasuh ditempati oleh Kiai Zaed (menantu Kiai Abdullah).


Setelah cukup belajar di tanah suci, anak-anak Kiai Abdullah segera : pulang ke tanah air, kecuali Muhammad Mahfuzh yang lebih dikenal dengan panggilan Syaikh Mahfuzh al-Turmusi. Dimyathi atau Kiai Dimyathi " menjadi pengasuh Pesantren Tremas menggantikan Kiai Zaed. Dahlan atau Kiai Dahian diambil menantu oleh Kiai Shaleh Darat Semarang dan menetap | di Semarang. Kiai yang ahli dalam bidang bacaan Al-Qur’an ini wafat pada 1329 H/1911 M dan dimakamkan di Bergota Semarang. Adapun Abdur : Rozag atau Kiai Abdur Rozag mendalami bidang tasawuf hingga menjadi mursyid tarekat. Beliau meninggal pada 1376 H/1958 M dan dimakamkan | di Tremas. " 




Masa KH, Dimyathi (1896-1934) - Pesantren Tremas semakin berkembang saat diasuh Kiai Dimyathi. , - Semakin banyak santri yang belajar di pesantren ini. Jumlah santrinya saat -. Itu mencapai 2000 orang, jumlah yang tentunya tidak sedikit. Meningkatnya jumlah santri Ini sedikit banyak juga dipengaruhi oleh ketokohan Syaikh Mahfuzh al-Turmusi, kakak kandung Kiai Dimyathi yang tinggal di Mekkah hingga wafatnya. Seperti diketahui, Syaikh Mahfuzh menjadj pengajar di Masjidil Haram dan rajin menulis. Karyanya dibaca banyak orang hingga saat ini. Orang-orang yang pernah berguru kepada Syaikh Mahfuzh tentu akan bercerita kalau gurunya itu berasal dari Tremas, Pacitan. Di samping itu, para alumni Pesantren Tremas yang tidak sempat berguru kepada Syaikh Mahfuzh juga bercerita akan kelebihan-kelebihan yang ada di Tremas. Dengan begitu, banyak pemuda yang ingin belajar ke Pesantren Tremas. 


Jumlah santri yang terus membludak memaksa Kiai Dimyathi untuk membangun asrama. Asrama santri di Tremas disebut dengan kombangan. Yang menarik, asrama para santri diberi nama sesuai dengan daerah asal mereka, misalnya Kombongan Pasuruan, Kombongan Tegal, Kombongan Solo, Kombongan Ngawi, Kombongan Malaysia, Kombongan Singapura, dan lain-lain. Jadi, saat itu sudah ada santri yang berasal dari luar negeri, Malaysia dan Singapura. Pembangunan asrama dalam jumlah yang banyak menjadikan hampir semua tanah milik kiai telah didirikan bangunan di atasnya. Masjid yang dibangun pada masa Kiai Abdullah dipindahkan ke posisi tengah atau geser ke arah barat. 




Saat pesantren ini diasuh oleh Kiai Dimyathi, sistem madrasi mulai diperkenalkan. Ketika itu didirikan Madrasah Ibtidaiyah. Sebagai penggagasnya adalah santri senior bernama Sayyid Hasan. Sayangnya, madrasah baru ini hanya berumur setahun karena tidak banyak yang berminat. Dari sekitar 2000 santri Tremas, hanya 30 orang (ada yang mengatakan 60 orang) yang berminat belajar di madrasah ini. Para santri lainnya lebih memilih cara belajar mengajar model lama, yakni sorogan, bandongan atai wetonan. Maklum, cara belajar mengajar model lama ini tidak mengena tamrin (ujian) dan lain-lain sehingga tidak menambah beban santri Pendapat lain menyebutkan bahwa kegagalan madrasah ini karena pengga gasnya ingin menggantikan sistem lama yang telah berjalan bertahun tahun. Sehingga, keberadaan madrasah baru ini kurang disukai oleh pihal pengelola pesantren. Yang pasti, usia madrasah ini tidak lebih dari setahun. 


Pada 1932 kembali didirikan madrasah dengan nama Madrasal Salafiyah. Pelopor berdirinya madrasah ini adalah KH. Hamid Dimyathi putra Kiai Dimyathi, dan KH. Ali Ma'shum, putra KH. Ma'shum Lasem yang saat Itu masih menjadi santri Tremas. Awalnya madrasah ini hanya diperuntukkan untuk anak-anak sekitar Tremas, bukan santri Tremas, Namun setelah Kiai Hamid menggantikan Kiai Dirnyathi mengasuh pesantren, madrasah ini juga menjadi tempat belajar santri Tremas. Termasuk pengajarnya adalah KH. Abdul Hamid, seorang santri asal Lasem yang kemudian menjadi kiai kharismatik di Pasuruan, Jawa Timur, Juga termasuk muridnya adalah Boejono, seorang santri asal Blora, Jawa Tengah yang di kemudian hari dikenal sebagai Prof. H. A. Mukti Ali dan pernah menjadi Menteri Agama RI pada awal Orde Baru.


Kiai Dimyathi dikenal sebagai sosok yang sabar, hampir tidak pernah marah. Jika ada santri yang melakukan kesalahan besar sehingga layak untuk dipulangkan, pengasuh Pesantren Tremas ini hanya mengatakan, “Mungkin yang lebih maslahah, kamu sebaiknya pulang terlebih dahulu.” Karena itu, Kiai Dimyathi mempunyai wibawa yang besar di mata para santri Pesantren Tremas. Kiai Dimyathi wafat pada 1934. Selanjutnya pesantren ini diasuh oleh Kiai Hamid Dimyathi, putra Kiai Dimyathi. 


Masa KH. Hamid Dimyathi (1934-1948) 




Kiai Hamid muda belajar ke Pesantren Lasem yang diasuh Kiai Ma'shum, seorang kiai yang sangat kharismatik saat itu. Sebelumnya, Kiai Hamid belajar di pesantren yang diasuh ayahnya sendiri, Pesantren Tremas. Sepulang dari Lasem, Kiai Hamid membantu ayahnya mengajar di Pesantren Tremas. Maka, saat Kiai Dimyathi wafat, Kiai Hamid telah siap meneruskannya mengasuh Pesantren Tremas. 


Saat itu Pesantren Tremas mengalami kemajuan yang pesat. Di antara prestasi yang diraih Kiai Hamid saat mengasuh pesantren ini adalah memajukan Madrasah Salafiyah yang didirikan pada 1932 sehingga siswanya tidak hanya anak-anak sekitar Tremas, tapi juga para santri Tremas: memperkenalkan pelajaran umum di madrasah tersebut, seperti bahasa Indonesia, ilmu bumi, berhitung, sejarah, dan lain-lain: mendirikan perpustakaan pada 1935 dengan koleksi buku tidak hanya kitab-kitab berbahasa Arab yang membicarakan fikih, tafsir, hadis, dan lain-lain, tapi juga beberapa majalah, seperti Penyebar Semangat dari Surabaya, Anshar dari Mesir, Al-Fata dari Mesir, dan lain-lain: menambahkan pengajian kitap. kitab baru yang belum diajarkan pada masa Kiai Dimyathi, manajemen pesantren yang lebih teratur: dan lain-lain. 


Kedatangan Jepang ke ncgeri ini pada 1942 menjadi awal masa suram Pesantren Tremas maupun beberapa pesantren lainnya. Banyak pesantren yang menghentikan kegiatan belajar mengajarnya akibat tidak adanya rasa aman dan kondisi ekonomi dan politik yang tidak menentu. Saat itu banyak santri Tremas yang memilih untuk pulang kampung. Ada juga yang tidak pulang karena tidak mempunyai bekal yang cukup untuk pulang. Maklum, untuk pulang, mereka harus berjalan melewati hutan dan gunung sehingga memerlukan perbekalan yang cukup. 




Pada 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu setelah kota Herosima dan Nagasaki dijatuhi bom atom. Lalu Indonesia pada 17 Agustus 1945 mem. proklamirkan kemerdekaannya. Kiai Hamid bergabung ke dalam Masyumi, satu-satunya partai Islam saat itu, dan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Kiai Hamid juga dipercaya sebagai pimpinan Masyumi dan penghulu di Pacitan. Dengan kesibukannya yang tinggi, Kiai Hamid jarang berada di pesantren. Kiai Hamid pernah dipanggil Bung Tomo untuk hadir ke Surabaya memberikan semangat perjuangan kepada para santri dan kiai. Karena kesibukannya di Pacitan, Kiai Hamid memerintahkan kakak iparnya yang bernama Mursyid untuk mewakilinya pergi ke Surabaya. 


Puncaknya saat terjadi Peristiwa Madiun pada 1948 yang didalangi oleh Musso. Pacitan yang termasuk wilayah karesidenan Madiun tak luput dari serangan PKI pimpinan Musso ini. Maka, Kiai Hamid, sebagai pimpinan Masyumi Pacitan, merasa perlu melaporkan kondisi wilayahnya kepada pemerintah pusat di Yogyakarta. Dalam perjalanan ini, rombongan Kiai Hamid serta pengikutnya berjumlah 15 orang. 


Dalam perjalanan menuju Yogyakarta, mereka mampir ke sebuah warung di daerah Pracimantoro. Kebetulan daerah itu telah dikuasai oleh PKI. Maka, gerombolan PKI yang sejak lama tidak suka dengan dunia 


-pesantren segera menangkap 15 orang ini. Mereka ditahan di daerah Baturetno, kemudian dibawa ke Tirtomoyo dan dibunuh dengan keji di situ. Semua dibunuh PKI, kecuali pembantu Kiai Hamid yang bernamai Pak Soimun yang dibiarkan hidup. Jadi, ada 14 orang yang dibunuh PKI, termasuk Kiai Hamid. Selanjutnya jenazah 14 orang ini dimasukkan ke dalam satu lubang atau sumur. Beberapa bulan kemudian dilakukan penggalian terhadap sumur tersebut, tapi hanya ditemukann 13 orang jenazah yang sudah tak dapat dikenali lagi. Ketigabelas jenazah ini selanjutnya dimakamkan di Makam Pahlawan Jurug Surakarta. Jadi, sebenarnya tidak ada kepastian dimanakah jenazah Kiai Hamid.2 




Pesantren Tremas sejak ditinggal wafat Kiai Hamid pada 1948 mengalami kekosongan pengasuh. Para santri banyak yang pulang, Kombongan-kombongan yang telah dibangun beberapa tahun sebelumnya menjadi sepi. Hal ini sebenarnya merupakan sesuatu yang wajar. Karena, ketokohan pengasuh pesantren saat itu berpengaruh besar terhadap kemajuan pesantren. Maju mundurnya pesantren dipengaruhi oleh pengasuhnya. | Kejadian di Pesantren Tremas ini juga pernah dialami Pesantren Krapyak | Yogyakarta saat ditinggal wafat Kiai Munawwir pada 1941. Pesantren : Krapyak baru bangkit kembali setelah Kyai Ma'shum bersedia pindah dari Lasem ke Krapyak untuk menjad' pengasuh pesantren yang didirikan Kiai Munawwir ini. Sementara Pesan ren Tremas bangkit kembali setelah kehadiran KH. Habib Dimyathi, adik Krai Hamid, yang pulang dari belajar di Pesantren Krapyak pada 1952. 4 


Saat Pesantren Tremas sepi tanpa santri, bangunannya digunakan untuk menampung orang-orang yang mengungsi akibat kondisi saat itu yang 


| tidak menentu. Seperti diketahui, pada 1948 Belanda datang lagi ke . | Indonesia dengan melakukan penyerangan yang dikenal sebagai Agresi , Militer II. Dalam kondisi yang tidak aman ini, ibukota Kabupaten Pacitan 7 sempat dipindahkan ke Arjosari yang sekarang menjadi kecamatan. Nah, Bupati Pacitan memutuskan untuk menjadikan bangunan Pesantren Tre- mas sebagai tempat menampung para pengungsi dan juga para penghuni : lembaga pemasyarakatan (LP).


KH. Habib Dimyathi (1952-1998) 



Lahir pada 1923, Kiai Habib memulai pendidikannya dengan belajar di pesantren ayahnya, Pesantren Tremas. Selanjutnya beliau belajar ke 

Pesantren Al-Hidayah Lasem yang diasuh Kiai Ma'shum. Hanya satu tahun  beliau mondok di pesantren ini, lalu kembali lagi ke Tremas. Pada 1937 Kiai Habib muda melanjutkan belajarnya ke Madrasah Salafiyah Kauman Surakarta yang diasuh oleh KH. Dimyathi Abdul Karim selama dua tahun Kemudian Kiai Habib kembali lagi ke Tremas. 




Setelah lama di Tremas, beliau kembali lagi berangkat menuntut ilmu Kali ini yang menjadi tujuannya adalah Pesantren Popongan yang diasuh oleh KH. Manshur. Kemudian beliau meneruskan studinya ke arah timur menuju Pesantren Tebuireng Jombang yang diasuh oleh Hadratusy Syaikh Hasyim Asy'ari. Beliau belajar di pesantren ini hingga 1945. Lalu Kiai Habib menuju Pesantren Sumolangu Kebumen yang diasuh oleh KH. Thoifur Abdurrahman. Berikutnya beliau belajar ke Pesantren Krapyak Yogyakarta yang saat itu diasuh KH. Ali Ma'shum. Ketika masih di Yogyakarta, Kiaj Habib bergabung ke dalam Laskar Hizbullah, dan Barisan Pemberontak Republik Indonesia (BPRI) yang dipimpin oleh Bung Tomo. 


Pada 1948, Kiai Habib sempat pulang ke Tremas. Beliau dan pamannya, KH. Abdur Rozag (adik Kiai Dimyathi) pernah ditahan oleh PKI di Pacitan. Keduanya dapat lepas dari rencana pembunuhan berkat penyerbuan dari pasukan Siliwangi. Beberapa bulan kemudian, Kiai Habib kembali ke Pesantren Krapyak untuk memperdalam ilmu agama hingga 1952. Kiai Habib memimpin Pesantren Tremas sejak 1952 hingga 1998. 


Ada dua nama yang turut membantu Kiai Habib mengasuh Pesantren Tremas, yaitu KH. Haris Dimyathi dan KH. Hasyim Ihsan. Kiai Haris yang merupakan saudara Kiai Habib lahir pada 1932. Pendidikannya dimulai di Pesantren Tremas, lalu ke Madrasah Salafiyah Kauman Surakarta (19391942). Saat kedatangan Jepang (1942), beliau kembali ke Tremas, lalu pada 1945 meneruskan belajarnya ke Pesantren Krapyak Yogyakarta. Saat kondisi Yogyakarta tidak aman, beliau mengungsi ke daerah Kedung Banteng (Yogyakarta). Di antara yang ikut mengungsi adalah A. Mukti Ali yang kemudian menjadi Menteri Agama RI pada awal Orde Baru. Di tempat pengungsian ini sempat didirikan madrasah dan Kiai Haris menjadi salah satu pengajarnya. Hingga 1952, Kiai Haris kembali ke Tremas untuk membantu kakaknya mengasuh pesantren ini. 




Yang perlu diketahui, Kiai Haris ini pernah menjadi menantu Hadratusy Syaikh Hasyim Asyari Tebuireng Jombang. Kiai Haris menikah dengan putri Kiai Hasyim yang bernama Fathimah. Fathimah adalah putri Kiai Hasyim dari istrinya yang bernama Masruroh dari Pesantren Kapurejo Kediri. Sayangnya, pernikahan ini tidak berlangsung lama. 


Adapun Kiai Hasyim Ihsan lahir pada 1912, Setelah belajar di Pesantren gremas, Kiai Hasyim Ihsan belajar ke Pesantren Al-Hidayah Lasem yang saat itu diasuh Kiai Ma'shum. Di Pesantren Lasem ini, Kiai Hasyim Ihsan persama dengan Kiai Hamid Dimyathi Beberapa tahun kemudian, beliau kembali ke Tremas untuk membantu mengajar. Setahun kemudian beliau kembali belajar ke Pesantren Lasem yang saat itu diasuh oleh Kiai Khalil, pada 1934, beliau kembali ke Tremas untuk mengajar para santri. 


Semenjak wafatnya Kiai Habib Dimyathi pada 1998, Pesantren Tremas diasuh oleh para penerusnya secara kolektif. Ada KH. Fuad Habib (putra Kiai Habib Dimyathi) yang dipercaya sebagai pimpinan Perguruan Islam Pondok Tremas, KH. Lugman Hakim (putra Kiai Haris Dimyathi) sebagai pimpinan Majelis Ma'arif, dan KH. Mahrus Hasyim (putra Kiai Hasyim Ihsan) yang menangani masalah sosial. 


Di antara tokoh di tanah air yang merupakan alumni Pesantren Tremas adalah KH. Ali Ma'shum (pengasuh Pesantren Krapyak dan pernah menjadi Rais Am Syuriyah PBNU 1982-1984), KH. Abdul Hamid Pasuruan (kiai sufi yang sangat kharismatik), Prof. A. Mukti Ali (pernah menjadi rektor IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Menteri Agama RI pada awal Orde Baru), Prof. Dr. Musa Asyari (pengusaha dan mantan rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), dan Prof. Yudian Wahyudi, Ph.D. (guru besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta). 











Comments

Popular posts from this blog

serial number windows 8.1 terlengkap

nih gays saya mau posting beberapa serial number milik windows 8.1 oke langsung saja dipilih mna yang kalian butuhkan Silahkan di Coba Product Key Windows 8.1 di bawah ini: Windows 8.1          M9Q9P-WNJJT-6PXPY-DWX8H-6XWKK Windows 8.1 Professional             GCRJD-8NW9H-F2CDX-CCM8D-9D6T9 Windows 8.1 N             7B9N3-D94CG-YTVHR-QBPX3-RJP64 Windows 8.1 Professional N          4NX4X-C98R3-KBR22-MGBWC-D667X Windows 8.1 Professional with Windows Media Center        789NJ-TQK6T-6XTH8-J39CJ-J8D3P Windows 8.1 Single Language           BB6NG-PQ82V-VRDPW-8XVD2-V8P66 Windows 8.1 Single Language on Emerging Markets     NCTT7-2RGK8-WMHRF-RY7YQ-JTXG3 Windows 8.1 Enterprise                  MHF9N-XY6XB-WVXMC-BTDCT-MK...

konfigurasi debian lengkap dengan gambarnya

  Assalamulikum Wr.Wb! Apa kabar Manteman, sahabatku? Kali ini saya akan berbagi sedikit ilmu tentang bagaimana cara konfigurasi DNS Server pada Linux Debian 5 (Lenny). Sebelum saya berlanjut ke materi diatas tentang bagaimana konfigurasi DNS Server pada Linux Debian 5 (Lenny), saya akan sedikit membahas/mengingatkan kembali tentang  apasih DNS itu, seperti apa sejarah sigkat adanya DNS itu, dan bagaimana DNS itu bekerja. Pengertian DNS Domain Name System (DNS) adalah distribute database system yang digunakan untuk pencarian nama komputer (name resolution) di jaringan yang mengunakan TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol). DNS biasa digunakan pada aplikasi yang terhubung ke Internet seperti web browser atau e-mail, dimana DNS membantu memetakan host name sebuah komputer ke IP address. Selain digunakan di Internet, DNS juga dapat di implementasikan ke private network atau intranet dimana DNS memiliki keunggulan seperti: Mudah, ...

CARA INSTALL PES 2015

Android Android Tips Apk android Game Android Harga Hp Android Blogger Make Money Tutorial Blog Trik SEO Template Blog Science Alam Mitologi Travel Otomotif Honda Kawasaki Ninja Suzuki Yamaha Kata Bijak Kata mutiara Kata Lucu Kata Romantis Komputer Travel Kuliner Tempat Wisata Hotel Home » PES » Cara Terbaru Install PES ( Pro Evolution Soccer ) 2015 di PC Cara Terbaru Install PES ( Pro Evolution Soccer ) 2015 di PC Cara Terbaru Install Game PES 2015 di Komputer - Langkah - langkah install Pro Evolution Soccer 2015 tidak sama , alias berbeda dengan pes 2013 maupun 2014 , hal itu membuat para gamers pecinta pes kesulitan dan bertanya - tanya Bagaimana sih cara untuk mengisntall pes 2015 di laptop saya , kok pes yang ini kelihatanya rada asing dan susah untuk di install. Menanggapi hal itu saya akan memberikan solusi kepada sahabat PES agar bisa memasang dan memainkan Game tersebut di...