seperti itulah penyesalan
menurutku seharusnya terjadi, maksud dari layu ialah akan menghilang yang
seperti layaknya daun yang hijau kemudian kuning, akhirnya penyesalan itu busuk
jatuh dan menghilang. Maksudnya janganlah terlarut atas penyesalan hingga menutup
peluangmu melihat rahmat Tuhan yang berlimpah. Menyesallah untuk melihat
kesalahanmu, yang kemudian menjadi penyemangat untuk memperbaikinya.
Jika engkau mempunyai
kesalahan atau dosa sesalilah, sebentar saja untuk memohon ampun dan memohon
petunjuk. Kita ini manusia biasa yang tak luput dari lalai ,yang tak memiliki
lalai iyalah sang maha pencipta, jadi sepatutnya kita mendekatkan diri kepada Dzat
yang anti dari kata lalai. Mendekatlah ungkapkan kelalaian kita, kemudian
intropeksi diri untuk bertobat dan melanjutkan kehidupan sembari memperbaiki
diri.
Kalo kata Allah “jika
seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal, maka aku akan mendekat
kepadanya sehasta. Jika dia mendekatkan diri kepada-Ku sehasta, maka aku akan
mendekat kepadanya sedepa. Jika dia mendekat kepada-Ku dengan berjalan, maka
AKU akan mendekatinya dengan berlari” (HR. BUKHARI & MUSLIM). Dari hadis
itu betapa Allah menunjukkan bahwa jika seorang hamba hendak mendekatkan diri, Allah
jauh lebih dekat dari kehendaknya itu sendiri. Maka dari itu mendekatlah, jika
kita tidak bisa mendekatkan diri dalam keramaian, maka sejenaklah menyepikan
diri dan temukan sunyi, seperti kata Jalaludin Rumi “ aku memilih mencintaimu
dalam kesepian. Karena dalam kesepian tidak ada orang lain yang memilikimu
kecuali aku” kata tersebut menunjukkan bagaimana sepi mampu mempertemukan
perasaan antara hamba dan pencipta-Nya, dengan mengingat segala nikmat dan
karunia Allah serta mengingat dosa dosa kita, yang dalam dosa tersebut kita
masih diberi kesempatan untuk bertobat dan memperbaiki diri. Bagaimana mungkin
Dzat yang maha mencintai dan penuh dengan rahmat tidak menerima tobat dari
hamba-Nya yang sadar akan hinanya dirinya dan betapa agungnya sang pencipta.
Jadi tersenyumlah,
sudahi penyesalan, tegakkan kembali kepala yang seperti kehabisan rahmat Allah,
jemput rahmat itu gunakan dengan sebaik-baiknya. Bersyukurlah, karena hati yang
bersyukur akan mampu melihat cahaya-cahaya ilahi yang bertebaran dengan makna
yang bisa kita ambil sebagai pembelajaran juga sebagai penanda bahwa Tuhan ada
dalam keadaan apapun, bahwa Dia selalu ada, tinggal kita mampu atau tidak menyadarinya. Kalau kata Gus Dur “ manusia melihat kebaikan dengan
kadar cahaya dalam hatinya”,jadi latihlah hati untuk berprasangka baik dalam
hal apapun, terutama dalam takdir-takdir Allah, khusnudzonlah kepada-Nya bahwa
yang maha tau jelas lebih tahu dari apa yang kita tahu, karena Allah itu maha
tahu akan segala yang terbaik, sedang kita hanya manusia yang penuh angan-angan
yang menganggap pilihan kita itu yang terbaik tanpa berfikit bahwa alam ini
adalah alam yang nggak bisa kita control karena alam ini milik pencipta-Nya. Jadi temukan sentuhan-sentuhan ilahi dengan apapun yang kita temui, dengan apapun yang kita alami, karena bahwa sesungguhnya cinta Allah itu seindah itu. Terimakasih
semoga bermanfaat.
Mungkin lembar selanjutnya kita membahas yang terbaik menurutku
atau yang terbaik menurut Allah?.
Wassalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh.

Komentar